Jumat, 23 April 2010

STRATEGI MANAJEMEN KELAS YANG INSPIRATIF: PARADIGMA BARU MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KELAS
(CLASSROOM BASED- LEARNING)


A. Latar Belakang Masalah
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh para calon guru, guru baru, bahkan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam arti, guru mampu menyampaikan bahan pelajaran diserap oleh para peserta didik dengan baik.
Penciptaan harapan seperti itu merupakan kajian dari manajemen kelas. Sebab manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan para peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajarnya secara efesien atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
Di kelaslah segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala komponennya, metode dengan pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Lebih lanjut hasil pembelajaran ditentukan pula oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh karena itu, selayaknyalah kelas dimanajemen dengan secara baik, propfesional, terus menerus dan berkelanjutan.
Keterampilan pengelolaan kelas merupakan hal yang penting dalam pengajaran yang baik.Praktik pengelolaan kelas yang baik yang dilaksanakan oleh guru akan menghasilkan perkembangan keterampilan pengelolaan diri siswa yang baik pula. Teknik pengelolaan kelas harus diupayakan agar tidak mengganggu aspek pembelajaran di kelas.
Kelas tidak hanya menjadi tempat terjalinnya proses belajar mengajar dalam relasi antara guru-siswa, melainkan juga menjadi sumber-sumber bahan ajar yang dapat memberikan inspirasi untuk menelaah dan mempelajari hal-hal yang belum diketahuinya. Manajemen kelas di level Sekolah Dasar, setidak-tidaknya dapat memotivasi siswa untuk belajar sungguh-sungguh, menyenangkan, tidak membosankan, memberikan hal-hal yang bersifat baru, menginspirasi siswa untuk mempelajari kompetensi berikutnya.
Kendala-kendala yang dihadapi guru-guru SD pada umumnya adalah persoalan klasik, yakni kendala finansial. Padahal kelas yang bersifat inspiratif tidak harus membutuhkan biaya besar, tergantung pada kreativitas dan terobosan guru merekonstuksi format, situasi, dan perangkat-perangkat yang menstimulasi nalar siswa mempelajari sesuatu yang baru. Sifat konvensional, baku, unmovable harus dijauhi untuk mengimplementasikan strategi manajamen kelas yang bersifat inspiratif.

B. Pembahasan
Manajemen dari kata “Management“. Diterjemahkan pula menjadi pengelolaan, berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Maksud manajemen kelas adalah mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut dapat belajar dengan efektif.
Pengelolaan Kelas (classroom management) berdasarkan pendekatan menurut Nuhung Ruis (2009 : 3) diklasifikasikan keadaan dua pengertian, yaitu berdasarkan pendekatan otoriter dan pendekatan permisif.Berikut dijelaskan pengertian dari masing-masing pendekatan tersebut.
Pertama, Berdasarkan pendekatan otoriter pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa,guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara ketat (Weber)
Kedua pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan untuk siswa melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan yang mereka inginkan.
Pengelolaan dan Pembelajaran dapat dibedakan tapi memiliki fungsi yang sama. Pengelolaan tekannya lebih kuat pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran,sementara pembelajaran (intruction) lebih kuat berkenaan dengan aspek mengelola atau memproses materi pembelajaran. Pada Akhirnya dari kedua aktivitas tersebut, keduanya dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang sama yaitu tujuan pembelajaran.
Sekolah sebagai organisasi kerja terdiri dari beberapa kelas, baik yang bersifat paralel maupun yang menunjukkan perjenjangan. Oleh karena itu setiap guru atau wali kelas sebagai pimpinan menengah atau administrator kelas, menempati posisi dan peranan yang penting. Karena memiliki tanggung jawab mengembangkan dan memajukan kelas masing-masing yang berpengaruh dan perkembangan dan kemajuan sekolah secara keseluruhan.
Pada level sekolah dasar, peran guru kelas sangat dominan. Partisipasi dan keberhasilan guru dalam mencapai tujuan instruksional tergantung pada kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi individu dalam menjalankan tugas profesinya. Barangkali guru kelas dapat mengimpelentasikan beberapa strategi untuk memformulasikan kelas yang bersifat inspiratif:
1. Desain posisi tempat duduk dan meja siswa. Ini adalah langkah awal menciptakan suasana pembelajaran yang inspiratif. Kelemahan yang substansial ruangan kelas di sekolah dasar, bahkan sampai perguruan tinggi adalah keadaan tempat duduk dan meja siswa yang tidak mudah untuk dipindahkan (movable). Formasi konvensional tempat duduk siswa adalah menghadap semuanya ke arah guru. Situasi tersebut sulit menginspirasi siswa mengembangkan gagasan-gagasan baru serta perdebatan yang hangat dalam proses pembelajaran. Model yang layak dikedepankan adalah kursi dan tempat menulis dalam satu konstruksi. Dengan kemudahan memindahkan kursi dan meja tentu suasana pembelajaran tidak cenderung menjenuhkan.
2. Mendekorasi setiap sudut ruang kelas dengan media-media yang menjadi sumber-sumber pembelajaran. Seperti globe, peta, kerangka tubuh manusia (realia), abjad-abjad dalam aksara dunia, gabus untuk menempel hasil dan kreasi siswa setiap minggu, tulisan yang berkaitan dengan istilah-istilah asing, jenis-jenis binatang dan tumbuh-tumbuhan yang memungkinkan di tempatkan di dalam kelas, dan sebagainya.
3. Menempatkan sumber-sumber otentik untuk mendapatkan informasi yang valid, aktual, dan inspiratif. Perlu diprioritaskan adalah pengadaan satu komputer untuk satu ruangan. Model pembagian ruangan dimana ruangan komputer dengan ruangan belajar terpisah secara parsial selayaknya direkonstruksi demi terwujudnya ruang pembelajaran yang inspirasional. Komputer yang ditempatkan di ruang kelas sudah mendapat akses internet. Menurut Wiranto, dkk (1995 : 22) keberadaan komputer dengan fasilitas internet menjadi perpustakaan digital yang bermanfaat bagi pengembangan pendidikan. Jika guru menugaskan siswa untuk mencari bahan-bahan ajar yang berkaitan dengan materi tertentu, siswa dapat mencari sendiri dengan menggunakan fasilitas internet. Inilah konsep, dalam perspektif DePotter (2003 : 15) sebagai "quantum learning", sebagai model pengelolaan kelas yang penuh inspirasi.
4. Penempatan buku-buku yang relevan di dalam ruang kelas dengan model "perpustakaan mini". Posisi perpustakaan mini berada di belakang kelas, dengan meja lebar tanpa kursi (meja lesehan) yang telah diberi karpet sebagai tempat duduk. Perpustakaan mini ini sangat signifikan dalam mewujudkan siswa yang aktif, kreatif, dan inovatif berlandaskan inspirasi yang didapatkan siswa melalui pembelajaran di kelas.
5. Melengkapi fasilitas "perpustakaan mini" di ruang kelas dengan beberapa media massa yang sesuai, majalah anak dan remaja, jurnal-jurnal remaja dan sebagainya. Sumber-sumber bahan ajar itu tidak perlu baru, melainkan yang sesuai dengan tujuan instruksional dan kompetensi siswa yang akan dicapai.
6. Pengelolaan suasana pembelajaran didasarkan pada kemampuan dan suasana kebatinan siswa yang berbeda-beda, sehingga kepentingan siswa yang berbeda-beda dapat terakomodasi secara struktural. Dalam perspektif Uno (2006 : 130), konsep demikian dikenal dengan istilah manajemen kelas dengan kemampuan siswa yang berbeda-beda, atau differentiated classroom management.
7. Berikan unsur-unsur estetika (keindahan) dalam warna, pencahayaan, dan komposisi ruangan. Warna yang terlalu dominan seperti merah dan kuning perlu dihindari.
Berdasarkan beberapa langkah konstruktif tersebut di atas, seorang guru kelas dapat mengembangkan apa yang menjadi cita-cita dan tujuan mulia pendidikan. Konsep pembelajaran yang dapat memberikan inspirasi kepada siswa-siswa dimulai dari ruang kelas. Dengan beberapa penataan dan pengelolaan ruang kelas tersebut, guru akan menjadi mudah untuk mentransfer pengetahuan.

C. Penutup
Dari fungsi pengelolaan kelas telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa fungsi pengelolaan kelas tidak terlepas dari menciptakan kondisi kelas untuk tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran, atau dengan kata lain untuk mengoptimalkan komponen – komponen dalam kelas, berupa ketatalaksanan, aturan-aturan yang menentukan terjadinya proses belajar mengajar.
Keahlian guru dalam mengelola situasi, formasi, perlengkapan, dan instrumen pembelajaran sangat berpengaruh dalam memberikan inspirasi kepada siswa sehingga siswa dapat belajar dengan kreatif, inivatif, efektif, dan menyenangkan. Ketika tumpuan keberhasilan pembelajaran didasarkan pada sejauhmana guru memanfaatkan potensi kelas, berarti guru itu telah melangkah pada paradigma pembelajaran berdasarkan potensi ruang kelas.

DAFTAR PUSTAKA
DePotter, Reardon, Mark & Nourie, Sarah Singer (2003). Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Cet-13. Bandung: Penerbit Kaifa,
Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen. (1996). Pengelolaan Kelas. Seri Peningkatan Mutu 2. Jakarta : Depdagri dan Depdikbud.
Rohanda, (2006). Peranan dan Fungsi Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Jakarta
Ruis, Nuhung, (2009). Classroom Management. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa Depdiknas
Uno, B. Hamzah (2006). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Wiranto, dkk. (1995). Peran Perpustakaan Era Digital Jakarta: Gramedia Pustaka Utama