Kamis, 12 November 2009

Restorasi Meiji: Sejarah Perkembangan Jepang Moderen

Kemenangan Ieyasu dalam tahun 1600 menyebabkan dia menjadi pemegang kekuasaan yang sebenarnya di seluruh negeri. Sejak tahun itu biasanya dimulai zaman Tokugawa atau zaman Yedo. Karena ia keturunan Minamoto Yoritomo, maka dapatlah ia diangkat dalam jabatan Shogun (1603-1616). Yedo (sekarang Tokyo) dijadikan pusat Bakufu.
Dalam tahun 1605 Ieyasu menyerahkan jabatan Shogun kepada anaknya Hidetada, tetapi terus memimpin pemerintahan sebagai shogun sampai mengundurkan diri dan meninggalnya pada tahun 1616. Bercermin pada nasib keluarga Oda dan Toyotomi, ia menetapkan tujuannnya yang terpenting dalam politiknya, yaitu mengekalkan pemerintahan di tangan keluarganya. Organisasi politik yang disusunnya menciptakan masa damai yang panjang yang belum pernah dialami Jepang sebelumnya. Mungkin karena itu zaman Tokugawa menunjukkan tendensi konservatif dan malahan reaksioner.
Dalam politik yang ditempuh dapat dilihat dari 3 aspek. pertama, pengawasan para Daimyo; kedua, hubungan dengan Tenno (kaisar) di Kyoto; dan ketiga, sikap terhadap orang-orang asing atau barat dan dunia luar Dasuki, (1964:55)
Susunan masyarakat dalam zaman Yedo terdiri dari Kuge, Buke, Samurai, kaum tani, chonin. Kaum tani dan orang kota itu disebut Heimin (rakyat biasa). Ada orang-orang yang tidak termasuk dalam golongan mereka disebut Etta yang statusnya sama dengan golongan varia, (Dasuki 1964:58). Kuge adalah golongan bangsawan tetapi tidak mengaruhi politik, Samurai adalah golongan prajurit pengikut Daimio dan Shogun.
Zaman Tokugawa merupakan zaman damai, dan dalam waktu lama keadaan politik stabil. Administrasi Bakufu politik dalam dan luar negeri di masa pemerintahan Shogun Tokugawa ketiga, iemitsu (1922-1951) sudah mendapat bentuk yang tetap. Dengan kata lain tercipta konservatisme dalam politik dan isolasi terhadap dunia luar. Tidak berarti di zaman itu sama sekali tidak terjadi perkembangan kerohanian dan perubahan dalam masyarakat.
Pada umumnya Shogun Tokugawa menjadi pelindung kebudayaan. Ajaran Budha dan Konpusianisme dipelajari sebagai strategi menyusun kekuatan militer, disamping agama Shinto yang sudah berkembang sebelumnya. Pada era Tokugawa ini diciptakan pandangan hidup yang menjunjung tinggi sifat ksatria yang dirumuskan dari ajaran Shintoisme, Buddhisme, dan Konpusionisme.
Kemunduran Tokugwa mulai terlihat pada masa pemerintahan Tesse Sunayoshee (1680-1709). Pemerintahan berikutnya dipegang oleh Iyanobu (1709-1712) kemudian Iyet Sugu (1712-1716) dan Yoshimune (1716-1745) semakin menandakan perpecahan di tubuh samurai. Kemerosotan semakin parah ketika seorang daimio dijatuhkan hukuman mati pada tahun 1701. di bidang keuanganpun kondisi semakin memburuk, dimana setiap prajurit harus menyetorkan keuangannya pada negara, poadahal untuk mencukupi kebutuhan mereka sangat terbatas.
Kemunduran Tokugawa disebabkan oleh faktor lain seperti timbulnya kembali perhatian kepada Shintoisme yang memberi tekanan kepada anggapan tentang Tenno (Kaisar) sebagai keturunan dewi Matahari. Di samping itu meluasnya pengetahuan yang hidup tentang zaman yang lampau sebagai akibat dari minat untuk mempelajari sejarah, menanamkan keyakinan bahwa kekuasaan Shogun tidak sah, sebab di zaman yang lampau tidak ada Shogun, hanya kekuasaan Tenno yang dianggap tertinggi. Di dalam hati bangsa Jepang timbul keinginan yang keras untuk memulihkan pemerintahan Tenno. (Dasuki, 1964: 62).
Perasaan-perasan tidak senang dan tidak puas terhadap Shogunat itu memupuk gerakan nasionalisme, yang sudah timbul sejak pertengahan abad ke-18, dan menjadi kekuatan terbesar yang menentang kekuasan Shogun. Gerakan itu memuja kembali Shintoisme dan menyanjung pemerintahan Tenno dimasa dahulu yang gemilang. Bangsa Jepang menghendaki supaya Tenno berkuasa kembali.
2. Kondisi Sosial Politik Pada Masa Restorasi Meiji 1868-1894.
Menjelang restorasi Meiji 1868, keadaan Jepang semakin kacau. Kekuasaan shogun dengan pesukan samurai kehilangan kendali terhadap control rakyat yang ingin menempatkan kaisar sebagai penguasa absolute. Jatuhnya Keshogunan Tokugawa (1853-1817) disebabkan oleh ekspansi ekonomi dan politik bangsa Amerika dan Eropa serta Rusia yang ingin Jepang lebih terbuka.
Pada akhir abad 18 dan permulaan abad 19, Rusia, Inggris dan Amerika Serikat menguasai jalur perdagangan ke Asia Timur. Amerika mendesak pemerintah Bakufu Tokunggawa untuk membuka beberapa pasukan Jepang, disamping sebagai tempat persinggahan untuk mengisi perbekalan kapal-kapalnya, juga untuk kepentingan perdagangan. Pada tahun 1837, kapal Amerika Serikat “The Mocison” yang bertolak dari Makao ke Jepang, disambut dengan penembakan dan pengusiaran oleh pendukung Bakufa. Akibatnya, banyak awak kapal asal Amerika cedera bahkan terbunuh. Oleh sebab itu, Amerika mendorong epang untuk membuka diri agar pemerintah Jepang melindungi awak kapal Amerika Serikat yang terdampar di pantai Jepang. (Suradjaja, 1995:17).
Untuk maksud tersebut, maka dalam musim panas pada tahun 1853, AS mengirimkan armadanya dibawah komandan komodor Matthew C. Perry. Pada bulan Juli kapal-kapal tersebut memasuki teluk Edo. Perry semasa lawatannya menyampaikan surat presiden AS. Franklin Pierce kepada Shogun, tanpa menghiraukan perlakuan bawahan pihak Shogun. Perry meninggalkan surat tersebut dengan pesan bahwa setahun kemudian armadanya akan kembali ke Jepang untuk memperoleh jawaban pemerintah. Bakufu pada tahun yang sama bulan Agustus, Angkatan Laut Rusia dibawah komandan Laksamana Putyatin berlabuh di Nagasaki.
Sepeninggal Perry, keadaan dalam negri Jepang bertambah kacau lagi akibat adanya pertentangan antara golongan-golongan yang menentang masuknya orang-orang asing dan golongan-golongan yang menerima masuknya orang-orang asing tersebut. Golongan pertama menyerukan slogan “Sonno Joi” {usir orang-orang liar, muliakan maharaja). Golongan kedua menyadari bahwa bagaimanapun juga, apabila AS menggunakan kekerasan, maka Bakufu akan tidak berdaya menghadapi atau mengadakan perlawanan, mengingat tidak adanya AL yang kuat. Oleh karena itu keputusan yang diambil oleh Abe Masahiro selaku “rochu” {sekretaris Jendral Shogun adalah menginginkan masuknya kapal-kapal asing tersebut. Atas desakan Perry, diadakan perjanjian dengan pihak Tokugawa di Knnagawa, Yokohama pada tanggal 31 Maret 1854. isi perjanjian dengan jelas menyatakan Jepang harus membuka pelabuhan Shimoda dan Hokodade sebagai pelabuhan persinggahan kapal-kapal AS. (Suradjaja, 1995:18).
Perjanjian-perjanjian serupa juga dilakukan pihak Inggris dibawah pimpinan Laksamana Sterling dengan Bakufu pada tanggal 14 Oktober 1854. perjanjian dengan Rusia dibawah Laksamana Putyadin ditandatangani pada tanggal 17 Februari 1855 di Shimado. Pada tahun 1856 Townsend Harris tiba di Shimado untuk menjabat Duta Besar AS yang pertama. Dengan demikian terbukalah sudah pintu Jepang bagi orang-orang asing, setelah mngisolasi diri selama lebih kurang dua setengah abad, selama pemerintahan Bukafa Tokugawa.
Politik keterbukaan yang dijalankan Bokufu menyebabkan kekacauan dalam negri Jepang. Akibat perjanjian-perjanjian yang dilakukan pihak asing, sangat merugikan pihak Jepang, terutama dalam bidang keungan Jepang. Akibatnya, dalam siding politik muncul dua golongan yang saling bertentangan, yakni golongan konservatif dan golongan realis. Golongan konservatif diwakili oleh Daimyo Tozama dari suku-suku satsumi, choshu, tosa dan Hizen. Mereka pada prinsipnya menetang politik Bokufu mengadakan hubungan dagang dengan orang-orang asing, dan mengembalikan fungsi politik pada Tenno (kaisar) dan ingin menegakan kembali pemujaan terhadap Tenno dan agama Shinto. Sedangkan golongan realis yang diwakili pengikut Shogun antara lain, Keiki, Li Naosuko, Abe Masahiro dan orang yang berpihak pada Bakufu berpendapat bahwa bagaimanpun juga Jepang harus membuka pintunya terhadap orang-orang asing, karena dikhawatirkan AS dan negara-negara Eropa lainnya akan memaksa masuk, apabila Jepang menolak permintaan mereka.
Pertentangan dua golongan ingin memanaskan situasi politik dalam negri Jepang. Pihak konservatif berusaha mengadakan aksi-aksi kekerasan dan menteror orang-orang asing di kota-kota Jepang. Pada tanggal 24 Juni 1863 sekelompok orang dari suku Chosu menembaki kapal dagang AS, tanggal 8 Juli 1863 mereka menyerang kapal Perancis, dan pada tanggal 11 Juli 1863 mereka menembaki kapal dagang Belanda. Akibatnya, AS dan negara-negara Eropa bersatu melawan aksi kekerasan yang dilakukan oleh suku Chosu dan juga Satsuma. Dalam bulan September 1864, pasukan gabungan tersebut dapat mengalahkan golongan konservatif. Hal ini membuat para samurai menyadari titik kelemahan mereka dengan melakukan upaya modernisasi armada dan persenjataan yang mencontoh konsep Barat.
Di dalam Bakufa sendiri terjadi banyak pertentangan yang tajam, dengan berakibat pada pembunuhan Li Naosuke. Kemudian kekuasaan Tokugawa beralih ketangan Lemoechi, yang mengadakan lawatan ke Edo tempat Tenno bersemayam. Shogun Lemochi meninggal pada tahun 1866, dan digantikan dengan Tokugawa oleh Kaisar Meiji, yang pada waktu itu berumur lima belas tahun. Posisi Tokugawa Keiki yang tidak menguntungkan akibat desakan kaum konservatif dan bangsa asing, membuat Keiki mengambil keputusan yang sangat menentukan dalam sejarah Jepang. Tepatnya 1867, Shogun Keiki menyerahkan kekuasaannya kepada Kaisar Meiji, maka berakhirlah kekuasaan Tokugawa yang menguasai Jepang selama 260 tahun, dengan hanya sedikit pertumpahan darah. Shogun berkuasa sejak 1603 sampai 1867 dan berakhirlah kekuasaan militer yang telah berlangsung lebih kurang 650 tahun.
Zaman ini disebut zaman Meiji yang berlangsung antara 1868-1912. kaisar Meiji juga dipanggil Kaisar Mutsuhito. Sebagai pusat pemerintahan maka kota Edo diganti namanya dengan Tokyo, dan pada tahun 1869 ibukota dipindahkan dari Jyoto ke Tokyo. Langkah tegas yang diambil oleh Kaisar Meiji dalam mengadakan hubungan dengan negar-negara Baratialah diproklamirkannya “ikrar Piagam” (Go ka jo no goseiman), pada tanggal 13 Maret 1868 yang berisi:
1. Kami akan menyidangkan majelis, dan memerintah bangsa sesuai dengan pendapat umum.
2. Orang-orang dari golongan atas dan golongan bawah akan disatukan tanpa perbedaan di dalam semua kegiatan
3. Jabatan-jabatan sipil dan militer akan disesuaikan dan semua rakyat jelata akan diperlakukan sama, bahwa mereka akan memperoleh tujuan mereka dan tidak merasakan ketidak puasan.
4. Cara-cara dan adat lama yang tidak berguna akan dilenyapkan dan segala sesuatu akan didasarkan pada kebenaran.
5. Pengetahuan akan dicari diantara bangsa-bangsa di dunia dan dengan demikian kesejahteraan akan dimajukan. (Suradjaja, 1994:22).

Tata negara selanjutnya diatur berdasarkan jiwa dari “ikrar piagam”ini. Semboyan pemerintah baru adalah Fukoku Kyo Hei (negri kaya dan militer kuat). Dari prinsip inilah Jepang memodernisasi angkatan perangnya yang berdampak pada politik ekspansionisme dan imprealisme di wilayah Asia sampai 1937. politik inilah yang membentuk lingkaran sekemakmuran Asia Timur Raya di bawah kepemimpinan Jepang.

3. Pembaharuan Jepang Pasca Restorasi Meiji
a. Pembangunan Jepang Modern.
Periode pembaharuan ini berlangsung dari tahun 1867-1874. Setelah jatuhnya Bakufu maka yang menjadi kepala pemerintahan adalah Tenno. Tetapi dalam kenyataannya yang memegang kekuasaan pemerintahan bukanlah Tenno karena pada waktu itu kaisar Meiji baru berumur 15 tahun. Kaisar Meiji hanya dianggap simbol dalam pemerintahan baru. Pemegang kekuasaan pemerintahan yang sebenarnya adalah para keluarga besar istana dan daimyo. Mereka berasal dari suku-suku Satsuma (prepektur kaghoshima), Chosu, hizen (prepektur Nagasaki dan Saga) dan Tosa (prepektur Kochi). Ada juga para bangsawan atau daimyo yang sangat berpengaruh, seperti Saionji dan Konoe dari keluarga Fujiwara (Suradjaja, 1994:31). Merekalah yang membentuk kekuasaan oligarki Meiji atau Hambatsu yang mengendalikan kekuasaan dan menentukan gerak modernisasi. Diantara tokoh samurai yang paling berpengaruh adalah Ito Hirubumi dari Chosu dan Yamagata. (Dasuki, 1964:14).
Pada April 1868, dalam bulan ke-3 dan tahu ke-1 Meiji, oleh Tenno diucapkan janji yang terkenal dengan sebutan “piagam sumpah” (carter Dath), terdiri dari lama pasal, sebagaimana yang telah disebutkan dimuka. Piagam tersebut merupakan dokumen yang menjadi dasar pembaharuan. Syarat pertama yang harus dipenuhi dalam pembaharuan itu ialah sentralisasi dan unifikasi pemerintahan (Dasuki, 1964:15). Sebagian besar aparatur pemerintah itu telah dibentuk pada masa Shogunat Tokugawa :
Pada masa itu juga dibentuk 3 badan penasihat untuk Tenno:
1. Socai atau Majlis Agung, yang disepakati oleh seorang pangeran dari keluarga Tenno.
2. Giyo atau dewan penasihat kelas satu, setengah terdiri dari Kuge dan setengahnya dari Daimyo-daimyo terkemuka.
3. Sanyo atau dewan penasehat kelas dua, terdiri dari lima orang dari Kuge dan lima belas orang dari samurai.

Dalam tahun 1868 itu juga ketiga badan itu dilebur menjadi satu. Lembaga bernama Dai-jo-kwan, yang terdiri dari dua bagian: pertama, dewan negara yang beranggotakan Giyo dan Sanyo. Kedua, dewan perwakilan, dari golongan feudal. Kekuasaan ril ada pada dewan negara. Dewan Perwakila hanya memusyawarahkan soal-soal yang diajukam oleh Dewan Negara. Reorganisasi pemerintah pusat itu diadakan untuk memenuhi 2 syarat. 1). Mengadakan kosentrasi kekuasaan, 2). Menyesuaikan pemerintahan dengan janji dalam Charter-Dath. (Dasuki, 1964:16).
Pembaharuan dibidang pemerintahan, menurut Suradjaja (1994:31) terjadi secara drastic antara lain pada tanggal 25 Februari 1868 yang menetapkan system tata negara baru, yakni Tiga Jabatan dan Delapan Direktorat (San-Shoku, Hachi-Kyoku Sei) sebagai gnti dari system pemerintahan Bakufu Tokugawa.dan sebagai realisasi dari “Ikrar Piagam”atau “Piagam Sumpah”, maka dipulihkanlah kembali “Sistem Jabatan Agung (dajokan Sei) yang berlaju dari tanggal 27 April 1868. kemudian diadakan bagi perubahan-perubahan pada tahun 1871, mengenai Jabatan Agung ini. Tindakan selanjutnya yang diambil oleh pemerintah oligarki ini adalah “pengembalian tanah dan rakyat kepada kerajaan (han Seki Hokan, 1869) dan juga penghapusan “Kedaimyoan dengan pembentukan Kegubernuran (Haikan Chiken, 1871).
Pengembalian tanah dan rakyat serta penghapusan Daimyo (tuan tanah) yang terjadi pada tanggal 2 Maret 1869 menandakan berakhirnya dominasi feodalisme yang sebelumnya berada pada kelompok samurai dan Tokugawa. Pada tanggal itu pula, empat buah kedamyoan diserahkan kepada kerajaan dan surat pernyataan penyerahan itu ditandatangani masing-masing oleh Mori (Daimyo dari suku Chosu), Shimazu (Daimyo dari suku Satsuma), Nabeshima Daimyo dari suku Shizen, yamanouchi (daimyo dari suku Thosa). Namun demikian masih ada beberapa daimyo yang belum mengembalikan tanahnya kepada kerajaan. Maka pada bulan Juni 1869 pemerintah menginstrusikan kepada para daimyo tersebut untuk mengembalikan tanahnya kepada kerajaan.
Para bekas daimyo kemudian diangkat menjadi gubernur kedaimyoan dengan mendapat gaji sepersepuluh dari pendapatan kedaimyoan. Setelah pembentukan kegubernuran yang dijabat para mantan daimyo, timbul masalah dengan hubungan kepada pemerintah pusat. Hal ini disebabkan gaya kepemimpinan para daimyo tidak berubah seperti pada zaman Tokugawa, yang dapat menurunkan kewibawaan pemerintah pusat dibawah Tenno. Untuk menyikapi persoalan itu pada bulan Juli 1871, pemerintah pusat membatalkan pembentukan kedaimyoan atau Haihan-Chiken. Kemudian pemerintah memindahkan beban para gubernur kedaimyoan ke Tokyo. Wilayah tersebut diubah menjadi tiga kegubernuran istimewa (Hu atau Fu)., yaitu Tokyo, Kyoto, dan Osaka disamping ketiga wilayah itu, juga dibentuk 72 kegubernuran biasa (Ken) dan pada tahun 1889 diubah lagi menjadi 3 wilayah istimewa dan 42 prepektur (kegubernuran biasa).
Dampak dari poliitik reformasi bidang pertanahan dan pembatalan pemerintahan kedaimyoan, maka pemerintah menghapus kelas-kelas sosial pada zaman Tokugawa yang disebut Shimin Byodo menjadi kelas sosial baru. Golongan bangsawan dan daimyo dijadikan satu disebut bangsawan (kazoku), golongan samurai disebut Shizoku dan golongan biasa disebut Heimin (Suradjaja, 1994:39). Kerajaan dapat juga memberikan gelar kebangsawanan bagi para tokoh yang berjasa terhadap kerajaan seperti Ito Hirobumi, dan Yamagata Aritomo yang diberi gelar Panguan. Diantara golongan yang kian merosot pengaruhnya adalah samurai, ketika pada tahun 1873 pemerintah membuat peraturan wajib masuk militer, dan akibatnya semua rakyat berkesempatan sama menduduki posisi militer.
Untuk meperkuat landasan Tenno, pemerintah merancang sebuah konstitusi baru yang mengadopsi system pemerintahan Barat. Sebagai langkah awal, pemerintah menugaskan Ito Hirobumi mengunjungi Amerika Serikat dan Eropa untuk mempelajari dan mempersiapkan UUD Jepang. Ito Hirobumi berasal dari anak petani daerah Choshu dianggap sebagai Bapak Konstitusi Jepang (Martinah, 1980:23). Dalam pembaharuan Jepang, sumbangan Ito yang terutama adlah sebagai organisator pemerintahan sipil, tetapi ia bukan pengagum demokrasi (Dasuki, 1964: 14). Alasan rasional, ia adalah penyokong utama keabsolutan Tenno dan pengekang demokrasi.
Konstitusi hasil rancangan Ito Hirobumi bersifat sentalistis dimana pusat kekuasaan negara berada di tangan kaisar. Bentuk kekuasaannya bersifat oligarkis karena kekuasaan dijalankan oleh segelintir orang yang merupakan kerabat kerajaan kaisar sendiri berpegang teguh pada charter oatch (sumpah setia). Orang yang berjasa dalam penyusunan konstitusi adalah Kido dan Okubo yang belajar ke Inggris. Pada tahun 1884 dibentuk upper house atau majelis tinggi yang beranggotakan prince, marquise, count, pisscount baron dan Itto yang di pimpin oleh Itto sendiri (Martinah, 1980: 23). Pada tanggal 11Pebruari 1889 Itto dengan pembantu-pembantunya berhasil membuat konstitusi dan secara resmi diumumkan oleh kaisar kepada seluruh rakyat Jepang. Konstitusi baru ini merupakan realisasi dari tiga cita-cita yaitu:
1. Bahwa kaisar adalah sumber dari segala kekuasaan.
2. Bahwa “kekuasaan yang riil dijalankan oleh badan-badan pemerintah atas nama kaisar”.
3. Kedudukan kaisar adalah suci dan tidak dapat dibantah
Dengan adanya konstitusi baru itu, maka bentuk pemerintahan Jepang adalah monarki konstitusional.
Restorasi Meiji merupakan revolusi ekonomi, dimana sistem feodalisme dalam ekonomi runtuh diganti dengan sistem kapitalisme modern. Baik persoalan politik maupun ekonomi di Jepang, sama-sama memperoleh pengaruh dari Barat. Faktor ekonomi diminta lebih banyak perhatian, sebab:
a. Perluasan/perkembangan industri
b. Semakin meluasnya pemakaian uang
c. Rusaknya perhatian pada zaman Shogun
Ekonomi agraris (sebelum restorasi harus di ubah menjadi ekonomi industri. Dengan kemajuan ekonomi berarti Jepang dapat menyelamatkan perekonomian dari penguasa oleh bangsa asing yang sejak lama sebelum restorasi telah dapat mempengaruhi perekonomian Jepang. Yang juga perlu dicatat adalah monopoli perekonomian ada di tangan negara. Dimana pada abad ke-19 pemerintah Jepang dapat membangun ekonomi tanpa pinjaman dari luar negeri.
Masalah ekonomi yang harus diatasi ada dua macam, ialah:
a. Bagaimana menguasai kembali sumber-sumber penghasilan nasinal terutama untuk kepentingan militer Jepang.
b. Bagaimana cara mengembangkan ekonomi Jepang yang sebaik-baiknya.
Taraf pertama yang diambil oleh pemerintah Meiji adalah: membuat jalan-jalan kereta api, mengadakan postel, perbaikan mata uang, mendirikan Bank-Bank, mengizinkan pelayaran bagi kapal-kapal asing.
Taraf kedua adalah:
a. mengirimkan pemuda-pemuda belajar ekonomi Barat.
b. Mengirimkan komisi yang bertugas mempelajari cara-cara kehidupan di negara-negara barat.
c. Mendatangkan penasehat-penasehat ekonomi.
d. Membuka hubungan ekonomi dengan bangsa-bangsa barat secara luas.
e. Membuka pabrik-pabrik, mengembangkan pertanian.
f. Mata uang mas dan perak digunakan sebagai alat tukar.
g. Menerbitkan/menerjemahkan buku-buku ekonomi supaya setiap orang dapat mempelajarinya.
h. Mendirikan bermacam-macam Bank, baik untuk pertanian maupun perindustrian dan perdagangan.
i. 1870 mendirikan departemen keuangan.
Walaupun pemerintah Meiji telah berusaha keras untuk memajukan perekonomian negara, namun pada tahun-tahun pertama kemajuannya masih sangat kecil.
Untuk memperoleh gambaran dengan jelas tentang restorasi dalam bidang perekonomian, baik dilihat perkembangan dari berbagai cabangnya, seperti: perindustrian, perdagangan dan pertanian.
Pada waktu krisis kredit (1928) dan krisis dunia (1929) Industri Jepang pun mengalami pukulan yang hebat, sehingga standar mas nya terpaksa dilepaskan hal ini dapat mengakibatkan inflasi.
Dengan dasar seperti tersebut diatas itulah mak pemerintah Meiji mulai bertindak. Tindakan-tindakan yang diambil:
1. Pemerintah melarang adanya milik tanah perseorangan.
2. Pertanian diodernisir dengan memberi penerangan kepada goongan petani, mendatangkan ahli-ahli dari luar negri.
3. Export beras keluar diperbolehkan.
4. Pajak yang berupa padi dihapus, diganti dengan pajak berupa uang sebesar 3%.
Walaupun berbagai langkah telah diambil oleh pemerintah, namun nasib golongan petani belum tertolong. Oleh karena itu maka usaha untuk memajukan pertanian lebih dipergiat lagi, misalnya:
1. mengangkat Okubo Toshimichi sebgai pembimbing dan Minister Of Home affairs yang bertugas memberi bimbingan, bantuan perlindungan kepada golongan petani.
2. Pemerintah menyediakan subsidi berupa uang dan pupuk.
3. Memperbanyak sekolah-sekolah pertanian.
4. Mendatangkan mesin-mesin pertanian dari luar negeri.
5. Mendatangkan tenaga ahli untuk mengajar, membuat program, memperkenalkan metode-metode baru guna manambah produksi.
6. Pemerintah mendirikan departemen pertanian.
C. Pengembangan Pikiran Progresif
Kemajuan yang dicapai Jepang dalam dunia pendidikan berpengaruh besar dalam bidang pemikiran. Hal itu terjadi lantaran Jepang membuka diri pada dunia luar pacca Restorasi Meiji. Implikasi dari pengembangan dunia pendidikan dan keterbukaan Jepang terhadap kebudayaan dan nilai-nilai dari barat telah membuka kata hati Jepang bahwa mereka sangat tertinggal jauh dari dunia luar.
Guna meningkatkan taraf pemikiran yang progresif, Jepang mengirimkan pemuda-pemudanya untuk mempelajari peradaban Eropa dan Amerika Serikat. Pemikiran di bidang politik dipelajari sebagai langkah menyusun konstitusi Jepang moder
Kaisar Meiji sebagai tokoh/penguasa baru setelah rezim Shogun runtuh menyadari bahwa faktor pendidikan tidak mungkin dapat diabaikan. Meiji sebagai kaisar yang mempunyai cita-cita besar menganggap bahwa pendidikan memegang peranan penting bagi kemajuan negara yang akan dikejarnya.
Tentang grafik kemajuan Jepang dalam bidang pendidikan dapat dirinci sebagai berikut:
Tahun 1868 32 juta orang 12 juta orang telah terpelajar
Tahun 1913 53 juta orang 53 juta orang telah terpelajar
Tahun 1920 56 juta orang semua telah terpelajar

Dalam bidang ini maka departemen pendidikan memegang peranan sangat penting ialah menetapkan program pendidikan bagi rakyatnya. Tidak diabaikan juga mengenai pendidikan khusus bagi wanita.

4. Faktor-faktor Pendorong Politik Ekspansi Dan Imperialisme
Restorasi tidak hanya dilakukan dalam bidang politik, ekonomi ataupun pendidikan, namun juga bidang kemiliteran mendapat perhatian dari kaisar. Restorasi dalam bidang ini dilaksanakan sejak tahun 1868 dengan mencontoh sistem Rusia. Latar belakang kaisar Meiji mengadakan pembaharuan dalam bidang kemiliteran dapat disebutkan disini antara lain:
a. Adanya desakan yang menghendaki agar kaisar tetap memegang kekuasaan tertinggi atas pertahanan negara.
b. Menginginkan adanya militer yang disiplin, setia brani dan sederhana.
c. Untuk mempertahankan kemerdekaan negara terhadap kemungkinan adanya desakan dari negara-negara lain demi kejayaan bangsa Jepang.

Tahun 1894 dunia mengakui bahwa Jepang telah menjelma menjadi negara modern dan kuat yang kedudukannya boleh dikatakan sederajat dengan negara-negara besar di Barat. Modernisasi dalam negeri telah dianggapnya cukup dan tidak lagi menarik perhatian bagi bangsa Jepang. Mereka mulai melibatkan diri dalam dunia internasional. Jepang baru yang telah mencapai perkembangan industri, perdagangan dan tidak ketinggalan pula perkembangan penduduk di tambah dengan semangat patriotik yang kuat ternyata telah menimbulkan bentrokan-bentrokan dengan negara-negara lain, misalnya dalam masalah Korea (melibatkan Jepang harus berperang melawan China), lalu disusul dengan perang melawan Rusia. Ini berarti Jepang mulai mempraktekan politik imperealisme seperti negara-negara barat.
Dari hal di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai faktor-faktor pendorong bagi pemerintah Jepang untuk melibatkan diri dalam masalah luar negeri sebagai berikut:
1. Kepadatan penduduk
2. pengaruh ajaran Shinto yang menyatakan tentang tugas Jepang untuk mempersatukan seluruh dunia sebagai satu keluarga di bawah pimpinan Jepang. Dengan kata lain dapat dikatakan Jepang sebagai Pan Asia, maka sekaligus harus pula mencapai pemimpin. Dalam hal ini Jepang tidak mau kalah dari negara-negara lain yang berprinsif sama, misalnya: Amerika sebagai pelopor Pan Amerika, Rusia sebagai pelopor Pan Slavia dan sebagainya.
Sesudah perang dunia I selesai Jepang menghadapi dua masalah besar yaitu aliran ekonomi yang menghendaki kapitalisme dan aliran militer yang menghendaki pasisme, suatu aliran yang dipimpin oleh jenderal Araki, ia menghendaki pembersihan di seluruh asia oleh militer Jepang. Langkah pertama adalah menghancurkan Manchuria, kalau kita ingat kejadian perang Rusia-Jepang pada tahun 1904-1905 sudah meyakinkan betapa pentingnya manchuria itu jika ditilik dari sudut strategi. Jiwa ekspansi Jepang menunjukan lagi keganasannya. Seorang opsir Jepang mati di tembak di Mukdan. Dalam sejarah dikenal dengan insiden Mukdan, Jepang marah dan memberi komando kepada tentaranya menyerbu Mancuria. Pada tahun 1931 Manchuria ditaklukan oleh Jepang. Pada tanggal 1 Maret 1932 Jepang mendirikan negara boneka Monteukuo.
Persoalan Manchuria tidaklah berakhir sampai disitu saja, karena tindakan Jepang didaerah itu ternyata mengakibatkan negara-negara Barat protes terutama Rusia dan China.
China mengajukkan soal itu kepada PBB. Setelah PBB mengadakan penyelidikan, ternyata Jepang lah yang salah, tindakan Jepang dikecam. Sebuah komisi PBB di bawah pimpinan Lord Lytton segera dikirim ke Manchuria guna memperlajari keadaan. Jepang merasa tidak senang selanjutnya memutuskan keluar dari PBB, sehingga dengan sikap ini Jepang dengan beban dapat melanjutkan posisinya yang abadi di Asia.
Sesudah perang Jepang-China dalam tahun 1945 nama Mantsukuo itu diubah lagi menjadi Manchuria dan selanjutnya diserahkan kembali kepada China.
Kehausan Jepang guna mendapatkan lebensraum (ruang hidup) tak dapat dipuaskan dengan menguasai Manchuria saja. Jepang menghendaki agar seluruh China digenggamnya. Maka pada bulan Juli 1937 terjadilah perang melawan China (1937-1945).
Perang Jepang-China itu diawali dengan terjadinya insiden jembatan Marco polo (15 KM di sebelah barat peking). Tentara Jepang telah terdidik baik dan bersenjatakan lengakap memperoleh kemenangan yang gemilang.
Sebelum perang Jepang-China yang kedua ini selesai, Jepang telah membentuk van anti comintern. Pada tahun 1936 Jepang mengadakan perjanjian dengan Jerman, suatu perjanjian yang tidak mempunyai kewajiban-kewajiban militer. Pada bulan november 1937 Italia masuk dalam pak ini, yang kemudian disusul lagi oleh Hongaria, Mansukuo dan Spanyol.
Akhir dari lingkaran persemakmuran Asia Timur Raya bentukan Jepang. Pada akhirnya fakta persemakmuran asia timur raya bentukan Jepang mengalami kebangkrutan setelah Amerika Serikat dan sekutunya menyerang basis-basis kekuatan Jepang di Korea, China dan wilayah Asia Tenggara. Puncaknya pada tanggal 7 agustus 1945, Amerika menjatuhkan bom atom di Hirosima dan hari berikutnya di Nagasaki. Riwayat imperialisme di asia benar-benar hancur lebur akibat politik ekspansionismenya sendiri. Dengan demikian riwayat kekuasaan absolut Jepang hancur dengan memakan korban tak sedikit, baik dari pihak sendiri maupun bangsa-bangsa Asia lainnya.
5. Pengaruh Restorasi Meiji Terhadap Politik Ekspansionisme dan Imperialisme Tahun 1868-1945
a. Jepang Menjadi Negara Besar dalam Politik Internasional
b. Perang Cina-Jepang (1894-1895)
Sejak kekuasaan Shogun Tokugawa telah dapat ditubangkan, maka sebagai kaisar baru yaitu kaisar Meiji mulai merintis jalan ke arhah pembentukan negara Jepang yang baru dan modern. Kaisar menginginkan segera Jepang menjadi negara besar tingkat atas dunia. Ini hanya mungkin bila Jepangdapat menguasai sumber-sumber tertentu, dapat memiliki daerah-daerah yang berdekatan. Yang pertama-tama diarahkan ke Korea yang melibatkan Jepang ke dalam perang melawan Cina (1894-1895).
Lama sebelum perang berlangsung, Korea adalah negara Vasal dari Cina. Pada prinsipnya Cina juga mempertahankan Korea, bilamana perlu Cina juga tak akan segan-segan melakukan perang.
Dari uraian diatas dapatlah ditarik kesimpulan mengenai sebab-sebab dari perang Cina-Jepang ini baik sbab pada umumnya maupun sebab-sebab khususnya.
1. Sebab umum.
a. Korea merupakan jalan yang tebaik (batu lonctan) untuk memasuki negara Cina serta daratan Asia lainnya. Cina harus dikalahkan, sebab Cina telah merampas kemerdekaan Korea, menutup Korea bagi Jepang.
b. Korea akan dijadikan sebagai tempat memindahkan sebgian penduduk Jepang yang sudah padat
c. Korea dianggap perlu bagi kepentingan industri dan perdagangan. Jepang yang telah mengalami perkembangan pesat.
2. Sebab Khusus
Waktu Korea terjadi suatu pemberontakan Tongbak, maka pemerintah Korea meminta bantuan pada Cina negara yang dipertuan agar mengirimkan pasukannya ke Korea, pemberontakan Tongbak adalah pemberontakan antara golongan konservatif dengan golongan progresif. Golongan konserfatif disebut kaum Tongbak. Kaum Tongbak minta bantuan pada tuannya, yaitu Cina, golongan progresif dibantu oleh Jepang.

Dengan alasan tersebut, maka keduanya mengirimkan pasukan mereka ke Korea sesuai dengan artikel ketiga dari LI-Ito Convension (1885). Berkat bantuan itu maka pemberontakan Tongbak dapat dipadamkan. Tetapi ternyata kedua pihak tidak mau menarik kembali pasukannya dari Korea setelah perang selesai. Tentu saja Korea kedua pihak mempertahankan alasan mereka masing-masing. Hubungan keduanya menjadi semakin tegang. Jepang tidak mau lagi mengakui perjanjian tahun 1885 dan bersikap keras tetap menempatkan pasukannya di Korea.
Dengan demikian persengketaan antara Jepang-Cina semakin besar. Cina minta bantuan kepada Inggris, bantuan mana dikirim ke Korea pada tahun 1894. kapal-kapal perang Jepang mulai beraksi melawan kapal-kapal Inggris. Kapal perang Jepang banyak yang dibakar oleh kapal perang gabungan Cina dan Inggris. Hal ini pastilah menimbulkan amarah bagi Jepang. Pada tanggal 1 Agustus 1894 perang antara Cina Jepang diumumkan secara resmi.
Perang diakhiri dengan perjanjian damai pada tanggal 17 April 1895, kita kenal sebagai perdamaian “shimonoseki”. Dalam perang ini Cina berada dipihak yang kalah. Di dalam perjanjian ini Amerikalah yang menjadi pendamai/perantara bagi kedua belah pihak. Cina dinasehati oleh John W. Poster, seorang sekrtaris negara pada Harisson Administration and Legal Adviser di Washington. Sdang Jepang tersebut oleh Henry W. Denison, seorang veteran untuk kementrian luar negri. Isi perjanjian perdamaian “shimonoseki” adalah sebagai berikut:
1. Cina mengakui kemerdekaan dan otonomi Korea.
2. Cina harus menyerahkan sebagian dari Manchuria kepada Jepang.
3. Cina harus menyerahkan kepada Jepang kepulauan Pescandores.
4. Cina harus membayar ganti kerugian perang sebesar 200.000.000 taol.
5. Weihawei akan diduduki oleh Jepang selama Cina belum dapat membayar ganti kerugian perang.
6. Empat buah kota yaitu Shosi, Chungking, Sochow, Hangchow dibuka untuk bangsa asing.
7. Liaotung harus diserahkan kepada Jepang.
6. Politik Persemakmuran Asia Timur Raya
6. Akhir Dan Cita-Cita Persemakmuran Asia Timur-Raya
a. Latar Belakang Pembentukan Politik Persemakmuran Asia Timur-Raya
Pembentukan persemakmuran Asia Timur Raya oleh Jepang disebabkan banyak hal. Fakta pertahanan Jepang sebelum tahun 1933 dimotori oleh kemunculan para pengusaha muda Jepang yang sebelumnya adalah anak-anak dari golongan Samurai. Masa perang dunia I memberi dorongan istimewa kepada perkembangan perdagangan dan industri Jepang. Kaum kapitalis bertambah besar dalam politik. Di samping itu kemenangan bangsa barat yakni Inggris, Prancis dan Amerika dalam perang dunia I juga mempunyai pengarauh yang besar terhadap politik di Jepang. Kemengan itu menimbulkan kesan bahwa demokrasi melahirkan negara-negara kuat oleh karena itu demokrasi lebih unggul dari otokrasi. Demikian menariknya pemikiran-pemikiran demokrasi itu sehingga timbul perbandingan kekuatan-kekuatan baru dalam diet (parlemen).
Keanggotaan diet didominasi oleh partai politik yang dipengaruhi oleh para Zaibatsu, seperti Mitsui dan Mitsubishi. Pasca kepemimpinan kabinet Tanaka (1927-1929) menjalankan politik damai dalam menguasai perdagangan global. Pandangan ini diwakili oleh oleh golongan Mitsubishi, sedangkan golongan Mitsui lebih condong kepada politik agresif yang berusaha menaklukan daerah jajahan. Salah satunya adalah wilayah Manchuria dan semenanjung Korea. Sebelum kematiannya Barontanakan meninggalkan dokumen yang disebut Tanaka memorial. Dokumen itu bersisi bahwa bangsa Jepang di anggap mempunyai tugas suci untuk memimpin bangsa-bangsa di asia timur. Dengan demikian akan disusun lingkaran persemakmuran bersama di asia timur di bawah pimpinan Jepang yang berideologikan Hakko Ichiu. Meskipun diragukan keaslian dokumen itu sebagai hasil pemikiran Tanaka, namun mencerminkan jalan yang akan ditempuh oleh golongan militer dalam ekspansi kedaratan asia.
Pembunuhan di Manchuria pada tanggal 18 Agustus 1931 terhadap perwira Jepang bernama Nakamura yang sebetulnya seorang mata-mata dijadikan sebagai alasan yang dibuat-buat oleh Jepang untuk melaksanakan rencananya. Pada tanggal 19 September 1931 pasukan Quwantung di asia Manchuria selatan menduduki kota Mukdan. Dan tempat-tempat strategis lainnya.
Kegoncangan politik dalam negeri Jepang akibat pembunuhan akibat para politisikian memperkuat semangat ekspansionisme ke daratan ke eropa. Perdana menteri Hamaguci mati di tembak di Tokyo pada tanggal 14 September 1930. suatu klik perwira tentara Jepang atau Kuwantung atau berkeyakinan bahwa Jepang akan dapat diselamatkan dengan mengadakan ekspansi kedaratan asia dan pembersihan di rumah sendiri. (Dasuki, 1964:45).
Dimuka telahdijelaskan bahwa Rusia ikut mengadakan intervensi terhadap masalah persengketaan antar Jepang-Cina tentang daerah Kora.
Sebagai balasan atas jasanya, maka pada tahun 1895, Rusia mendapat hak-hak istimewa dari Cina, yaitu diperbolehkan membangun jalan kereta api Trans-Siberia dan untuk menghubungkan kereta api dari Eropa lewat Manohuria ke Landiwostok. Dengan demikian, Taar mendapat kekuasaan yang tetap atas Manchuria yang diakui sebagai daerah Cina. Rusia menjamin bahwa Cina akan dapat memperoleh hutang dari Paris guna melunasi ganti rugi perang kepada Jepang.ini berarti bahwa Cina dipaksa berhutang budi pad Rusia.
Orang-orang Rusia terus bergerak di Korea untuk merintangi gerakan-gerakan Jepang. Pada seperempat abad yang terakhir dari abad 19, bangsa-bangsa Barat memasuki zaman kolonialisme. Tetapi sebaliknya karena kekalahannya melawan Jepang, telah kehilangan martabatnya di mata dunia internasional. Negar-negara Eropa cepat-cepat mengambil keuntungan daripadanya. Pada tahun 1897 Jerman mengambil keuntungan dari terbunuhnya beberapa orang misionaris oleh suatu gerombolan Cina dengan tuntutan ganti rugi, berupa penyewaan daerah pelabuhan Kiaochow di propinsi Shantung selama 99 tahun. Jerman mendapatkan hak-hak istimewa di daerah pengaruhnya.
Tak lama kemudian, sabagai pengganti kerugian, Rusia memperoleh daerah Port Arthur dan Daireu di semenanjung Liaotung atas jasa-jasanya menghalang-halangi orang Jepang tiga tahun sebelumnya. Dari tempat-tempat itu dibuat hubungan kereta api dengan Trans-Siberia. Dengan demikian maka terpenuhilah keinginan Rusia untuk menguasai pelabuhan bebas es dan untuk menguasai seluruh Manchuria dan Cina Utara. Rusia dapat memblokir perdagangan Jepang dengan cara dan menutup pelabuhan-pelabuhan di Manchuria bagi pemasaran hasil-hasil industri diluar Rusia.
Inggris tak ketinggalan juga memperoleh Wei-hai-wei, yaitu suatu pelabuhan yang merupakan jalan masuk dari Shantung ke Peking, termasuk didalamnya adalah Idbah Yangtse. Demikian juga Perancis mendapat bagian di daerah Cina Selatan. Maka jelaslah bahwa sejak Cina dapat dikalahkan oleh Jepang pada tahun 1895, sebagian besar negara Cina habis terpecah-pecah dibawah pengaruh bangsa-bangsa Barat dengan segala hak ekstra teritorialnya. Bangsa-bangsa Barat itu tidak hanya merugikan negara Cina, tetapi juga merupakan saingan yang kuat bagi Jepang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar